Inkuiri dalam Pendidikan Sains dan Implementasinya
Visi Reformasi dalam Pengajaran Sains
Menyongsong Tujuan Perkembangan Millenium (MDGs)
Surachman Dimyati and Mujadi
Universitas Terbuka, Indonesia
sdimyati@mail.ut.ac.id, minovna@mail.ut.ac.id
Abstract
Inquiry in Science Education and its Implementations.
Reform Vision in Science Teaching toward
Millenium Development Goals (MDGs)
Inquiry as a model in teaching science is recommended by most of science educators. As a model of science teaching, it more emphasizing on science process rather than science concept. This teaching approach implemented in the early ages will enhance students’ understanding and internal motivations regarding the work of scientist. Some teachers’ understanding regarding inquiry approach in teaching science in readers’ forum in the Science Education Review and Robert E. Yager’s conclusions regarding the discussion in teaching science, and the current development of National Science Education Standard (NSES) in the effort of reform vision in teaching science in the United Stated would definitely broaden the view of our understanding about how people learn science and a good example of teaching and learning science. The guide also covers the list of essential features of inquiry and its variations. The inquiry strategy recommended challenge teachers as professional educators to reform their vision toward Millenium Development Goals for the next decade.
Kata Kunci: inkuiri, sains, pendidikan. proses.
Pendahuluan
Peran pendidikan dalam pencapaian sasaran dan target perkembangan millenium (MDGs) sangat jelas. Universitas Terbuka, yang jumlah mahasiswanya saat ini sekitar 452.000 merupakan aset yang strategis untuk mewujudkannya. Pendidikan sains yang dalam proses pengajarannya menekankan pendekata inkuiri diharapkan berperan besar dalam pembentukan manusia Indonesia yang yang kreatif dan produktif.
Sains atau ilmu pengetahuan alam meliput beberapa pengetahuan dasar: biologi, kimia, fisika, ilmu bumi dan antariksa. Di Sekolah Dasar diberikan dalam bentuk pelajaran sains atau ilmu pengetahuan alam. Di SMP, sains diberikan dalam bentuk biologi (biological science) dan fisika. Materi fisika di SMP mencakup juga materi kimia dasar, ilmu bumi dan antariksa. Sedangkan materi Sains di SMA lebih mendalam dalam mata pelajaran biologi, kimia, fisika,. Dalam materi fisika ini juga dibahas materi ilmu bumi dan antariksa disatukan dengan fisika.
Mengajarkan sains tidak lain adalah mengajarkan bagaimana menjadi ilmuwan (scientist). Ilmuwan di sini adalah ilmuwan dalam ilmu pengetahuan alam. Smith dan Holloway (1985) menyebutnya bahwa ilmuwan ini adalah pengamat (observer). Dengan demikian mengajarkan sains seharusnya mengajarkan bagaimana para ilmuwan ini bekerja. Bagaimana mereka melakukan observasi yang cermat dengan panca indra dan alat-alat bantu observasi baik langsung maupun tidak langsung.
“Science is not for special people, it is for people doing special things! “, Pizzini (1991) dalam SSCS Implementation Handbook. Sains bukan untuk orang-orang khusus, tetapi sains untuk orang-orang melakukan sesuatu!
Model Pembelajaran Inkuiri
Definisi inkuiri
Dalam Webster’s Encyclopedic Unbridled Dictionary of the English Language, inquiry: a seeking or request for truth, information, or knowledge. Jadi inkuiri adalah suatu upaya mendapatkan kebenaran, informasi atau pengetahuan.
Sedangkan kamus elektronik
Inkuiri dalam pendidikan Sains
Jacobson (1970) dalam The New Elementary School Science (p.15) mengatakan bahwa inkuiri adalah upaya menemukan jawaban terhadap suatu masalah, baik itu di laboratorium, di lapangan, maupun di kelas. Inkuiri adalah inti dari sains itu sendiri. Ini merupakan hal yang paling penting dalam persekolahan kita.
Beberapa pendapat mengenai pengertian inkuiri yang dihimpun dari Forum Pembaca (Readers’ Forum) yang dimuat dalam The Science Education Review (2007) akan disajikan berikut ini.
Juan Manuel Lieras, dari Musium Bogota di Columbia mengatakan mengenai inkuiri: methodology sains sudah ditemukan sejak jaman dulu oleh Francis Bacon yang menyebutnya sebagai metode inkuiri. Menurut Lieras, pendekatan inkuiri masih membingungkan, walaupun kebanyakan orang menyenanginya, semua kurikulum, buku-buku teks membahasnya. Namun inkuiri dalam implementasinya masih membingungkan.
Roy Butt seoran guru dari
Seorang guru muda sekolah dasar di
- Sederhana dan tidak sulit karena siswa hanya mempelajari fakta-fakta yang relevan
- Memungkin para siswa melihat materi pelajaran dengan cara yang realistis.
- Membangkitkan motivasi instrinsik, karena memungkin mereka melakukan refleeksi yang pada gilirannya mereka membuat kpuusan sendiri yang sangat bermakna bagi mereka.
- Mengembangkan semua keterampilan mtacognitive yang memungkin para siswa belajar bagaimana cara belajar.
- Guru lebih berperan sebagai fasilitator dibandingkan dengan penggunaan metode ceramah saja.
- Memungkinkan para siswa menjadi pelaku dalam penyelesaian masalah.
Harry Kelle dari USA menyimpulkan: definsi mengenai scientific inquiry. Pengajaran sains haruslah mengandung dua tujuan utama: 1) belajar konsep-konsep dasar sains dan 2) mengembangkan pemikiran sains. Penggunaan laboratorium sangat mendukung kegiatan yang ke dua. Dia menambahkan Sains mungkin merupakan sinonim dengan inkuiri dalam sains. Lebih lanjut,istilah sains berarti implementasi keterlibatan pikiran secara aktif dan kreatif terhadap alam dan berupaya untuk memahaminya.
Para praktisi pendidikan sains merujuk pada (Harword, 2004) dalam Eastwell (2007) yang meliput 10 aktfitas inkuiri dalam sains, yaitu: bertanya, mengobservasi, mendefinisikan masalah, mengajukan pertanyaan, menginvestigasi yang diketahui, meningkatkan ekspektasi, melakukan penelitian, menguji hasil, merefleksi hasil temuan, dan mengkomunikasikan kepada yang lain.
Eastwel l(2006) menggolongkan model pendekatan sains secara inkuiri menjadi 4 tingkatan. Tingkat 1, konfirmasi (confirmation); tingkat 2, struktur(structured) ; tingkat 3, pengarahan (guided); tingkat 4, terbuka (open). Hal ini tergantung pada apa hal-hal berikut yang difasilitasi untuk para murid: petanyaan, metode,dan atau kesimpulan.
Selanjutnya, Eastwell juga merujuk Yager (1991) tentang empat tahapan inkuiri yang meliputi:”ajakan( invitation), eksplorasi ( exploration),menjelaskan dan memecahkan masalah( proposing explanations, and solutions) dan melakukan tindakan ( taking action).
Robert E. Yager dari University of Iowa adalah pendidik sains yang sudah mengabdikan dirinya selama 50 tahun. Dari diskusi para guru di atas ia menyimpulkan sebagai berikut: Saya tidak setuju, menurut saya sejumlah pendapat yang disampaikan para guru itu tidak mengundang pemikiran dan uji coba, namun hanya sebatas penawaran sejumlah resep untuk diikuti orang-orang dengan sedikit atau tanpa pemikiran yang sebenarnya.
Yager menjelaskan lebih lanjut, bahwa pada tahun 1990an ada upaya kuat untuk mengembangkan standar nasional pendidikan yang tidak tercantum di dalam undang-undang US. Tugas ini dipercayakan kepada National Research Council (NRC) of the National Academic of science untuk mengembangkan National Science Education Standard (NSES). Setelah 4 tahun proyek ini berhasil menerbitkan 2 terbitan penting: 1). How People Learn (NRC, 2000a), a review of the “learning” research dan 2). Inquiry and the National Science Education Standard: A Guide for Teaching and Learning (NRC, 2000b).
Tabel berikut ini merupakan reproduksi dari NRC (2000b, p. 29) yang menawarkan suatu pandangan yang baik terhadap fitur pendekatan inkuiri dan berbagai variasinya, dan dapat membantu masalah-masalah yang sering muncul. Ini yang disebut inkuiri penuh.
Tabel1, 2, 3, dan 4 berikut ini diambil dan diterjemahkan dari NRC (2000b) dalam The Science Education Review, 6(3) pp.102-106.
Tabel 1.
Fitur Pendekatan Inkuiri dan Berbagai Variasinya,
Fitur Penting | Variasinya | |||
1. Pebelajar terlibat dalam pertanyaan berorientasi sains | Pebelajar bertanya | Pebelajar memilih pertanyaan, dengan pertanyaan baru | Pembelajar mempertajam atau memperjeles pertanyaan dari guru, materi, dan sumber lain | Pebelajar terlibat dalam pertanyaan yang diajukan guru, materi, dan sumber lainnya |
2. Pebelajar memberikan prioritas bukti terhadap pertanyaan | Pebelajar menentukan bukti-bukti yang terkait dan mengumpulkannya | Pebelajar diarahkan untuk mengumpulkan data tertentu | Pebelajar diberi data dan ditanyakan tentang data itu | Pebelajar diberi data dan diberi tahu bagaimana menganalisanya |
3. Pebelajar merumuskan penjelasaan dari bukti-bukti | Pebelajar mengformulasikan penjelasan setelah menyimpulkan bukti-bukti | Pebelejar diarahkan dalam proses memformulasikan penjelasan dari bukti-bukti | Pebelajar diberikan berbagai kemungkinan untuk menggunakan bukti-bukti dalam memformulasikan penjelasan | Pebelajar diberi bukti-bukti |
4. Pebelajar menghubungkan penjelasan dengan pengetahuan yang ilmiah | Pebelajar bebas melihat sumber lain serta bentuk-bentuk link untuk membantu penjelasannya | Pebelajar diarahkan kepada tempat –tempat sumber pengetahuan | Pebelajar diberi berbagai kemungkinan koneksi | |
5. Pebelajar mengkomunikasikan dan menjustifikasi penjelasan | Pebelajar membentuk argumentasi yang beralasan dan lagis mengkomunikasikan penjelasan | Pebelajar dibantu dalam mengembangkan kemampuan komunikasinya | Pebelajar diberikan petunjuk untuk mempetajam komunikasi | Pebelajar diberikan langkah-langkah dan prosedur berkomunikasi |
Kuat | Kemampuan pebelajar mandiri | Kurang | ||
Kurang | Peran guru dan material | Kuat |
Perbedaan yang jelas antara pendekatan tradisional dan reformasi pengajaran sains yang menekankan pada inkuiri di gambarkan oleh The National Science Education Standard (NSES) Amerika serikat seperti Tabel berikut:
Tabel 2
Reformasi Visi Pengajaran
Kurang Menekankan | Lebih Menekankan |
Memperlakukan para siswa sama dalam kelompok | Memahami dan merespon perbedaan siswa secara individua, kekuatannya, pengelaman, dan keperluannya |
Mengikuti kurikulum secara ketat | Memilih dan mengadaptasi kurikulum |
Fokus pada penyerapan pengatahuan oleh siswa | Menekankan pemahaman siswa melalui proses inkuiri |
Menanyakan siswa tentang pngetahuan yang didapatkan | Memfasilitasi siswa diskusi dan debat ilmiah |
Menyampaikan pengetahuan melalui ceramah, tulisan dan demonstrasi | Terus mengevaluasi pemahaman siswa dalam proses |
Menjaga tanggung jawab dan wewenang | Berbagi tanggung jawab dalam pebelajaran dengan siswa |
Mendukung kompetisi | Mendukung kerjasama di dalam kelas, berbagi kuwajiban dan respek. |
Bekerja sendiri | Guru sebagai sumber dan fasilitator perubahan |
Upaya reformasi dalam pengajaran sains oleh NSES Amerika serikat dapat dilihat di tabel berikut ini.
Tabel 3
Reformasi Visi untuk Pengembangan Profesi
Kurang menekankan | Lebih Menekankan |
Transfer pengetahuan dan keterampilan oleh pengajar | Penawaran untuk belajar dan mengajar |
Belajar sains dengan sekolah/ kuliah dan membaca | Belajar sains melalui pengetahuan |
Pemisahan antara sains dan pengajaran sains | Pengintegrasian antara sains dan pengajaran sains |
Belajar sendiri | Belajar berkelompok secara kolaboratif |
Rencana terfragmen, satu kali sesi | Perencanaan jangka panjang |
Mata pelajaran dan workshop | Bervariasi kegiatan peningkatan profesional berkelanjutan |
Ketergantungan dengan ekspertis dari luar | Campuran ekspertise dalam dan luar |
Pengembang staf sebagai pendidik | Pengembangan staf sebagai fasilitator, konsultan, dan perencana |
Guru sebagai teknisi | Guru sebagai inteletual, praktisi yang merefeksi diri |
Guru sebagai konsumen tentang pengetahuan mengajar | Guru adalah produsen pengetahuan mengajar |
Guru sebagai pengikut | Guru sebagai leader |
Guru sebagai individi dalam kelas | Guru sebagai anggota kelompok masyarakat profesi |
Guru sebagai target perubahan | Guru sebagai sumber dan fasilitator peubahan |
Seruan kedua NSES ( Standar Pendidikan Sains Nasional- AS)dalam program pengembangan profesi dapat diikuti pada tabel berikut.
Tabel 4
Reformasi Visi untuk Penilaian (Assessment)
Kurang Menekankan | Lebih Menekankan |
Menilai apa yang mudah dilakukan | Menilai apa yang paling bernilai |
Menilai pengetahuan secara terpisah | Menilai pengetahuan yang luas dan terstruktur |
Menilai pengetahuan | Menilai pemahaman dan penalaran |
Menilai yang tidak difahami siswa | Menilai apa yang difahami siswa |
Menilai hanya pencapaian | Menilai pencapaian dan kesempatan belajar |
Penilaian akhir oleh guru | Para siswa terlibat penilaian berjalan hasil kerja mereka dan |
Pengembangan penilaian eksternal oleh ahli saja | Guru dilibatkan dalam perkembangan penilaian eksternal |
Kesimpulan
Perubahan dan reformasi terhadap pendekatan pengajaran sains haruslah dimulai dari guru. Tulisan ini hendaknya tidak dianggap sebagai resep-resep yang harus sepenuhnya diikuti, namun para pendidik sains tetap berpikir dan mencoba pengembangan setiap pendekatan pengajaran sesuai dengan materi, situasi, kondisi, siswa, guru, sekolah dan masyarakat setempat. Inkuiri sebagai salah satu model pengajaran sains sudah tidak perlu diragukan lagi perannya untuk dapat mengorbitkan para ilmuwan muda, karena sejak awal para siswa sudah diajak terlibat dalam berpikir dan bertindak layaknya seorang scientist. Guru sebagai tenaga pendidik yang profesional ditantang untuk berani melakukan reformasi atas pendekatan pengajaran sains baik itu di sekolah, kelompok guru bidang studi, maupun assosiasi guru bidang studi di tingkat nasional, regional, maupun global. Perubahan sikap pada saat ini merupakan momentum yang tepat khususnya dalam percepatan kesejahteraan bangsa, negara, dan umat manusia pada umumnya dalam pencapaian Millenium Development Goals pada dekade kedua abad ini.
Referensi
Eastwell, Peter , Rethinking Unsupervised Summative Assessment, The Science Education Review 6(3) pp. 85-109, 2007.
Jacobson, Willard J, (1970), The New Elementary Science, Van Nostrand Reinhold Company,
Pizzini, Edward L, (1991), SSCS Implementation Handbook, Project STEPS: The
Yager, R.E, Windschitl M, Weld, J, (2008), Necessary components of a science teacher preparation program, designed to produce high quality science teachers. Final draft, sent by Robert E.Yager to Surachman Dimyati of
Tidak ada komentar:
Posting Komentar